Wilayah Arab Kuno

By M. Suyanto

Arabia berasal dari bahasa Persia Kuno yang dibaca “Arab”ya”. Ini merupakan nama Negara yang berada di sebelah barat dan selatan Mesopotamia. Berdasarkan literature kuno dibagi dalam tiga wilayah yang terdiri dari :

· Wilayah selatan yang berbatasan dengan Lautan Hindia (saat ini Yaman dan Oman)

· Wilayah bagian dalam (saat ini Saudi Arabia)

· Wilayah barat-utara (saat ini Yordania dan sebagian Syiria).

Sedangkan menurut nama Latin, wilayah ini terbagi menjadi :

· Arabia Felix ( Arabia Bahagia)

· Arabia Deserta ( Arabia Gurun)

· Arabia Petra (Arabia Gunung Batu, dibawah kekuasaan Petra).

Wilayah Arabia Felix mencakup bagian lainnya di Semenanjung Arab, yang kondisinya tidak banyak diketahui. Pandangan yang membatasi wilayah itu hanya Yaman, daerah yang paling dikenal oleh orang-orang Eropa, merupakan pandangan keliru yang muncul pada abad pertengahan. Kata Yaman sendiri, yang berarti “bahagia”, mungkin merupakan usaha untuk mengalihkan arti kata yaman dalam bahasa Arab (arah kanan) menjadi yumn, yang berarti “kebahagiaan”. Daerah itu disebut Yaman karena berada di sebelah kanan, sebelah selatan Hijaz, yang berseberangan dengan Syam, atau Suriah, yang berada di sebelah kiri atau di utara. Marcian (sekitar 400 M.) dari Heraclea menggunakan istilah “Saraceni”. Sebelum Marcian, Ptolemius, yang kondang pada paruh pertama abad kedua, juga pernah menggunakan kata Saracen. Ammianus Marcellinus, seorang penduduk asli Antiokia yang menulis karyanya pada paruh terakhir abad keempat Masehi, menyamakan Saracen dengan orang-orang Arab Skenit. Bagi para penulis klasik, mulai Eratosthenes dari Yunani (meninggal sekitar 196 S.M.)- sumber Strabo- hingga Pliny dari Romawi (meninggal sekitar 79 M.), Semenanjung Arab adalah sebuah yang sangat makmur dan mewah. Arab merupakan negeri tempat tumbuhnya tanaman penghasil wewangian dan rempah-rempah lainnya; penduduknya mencintai dan menikmati kebebasan. Memang, ciri bangsa arab yang paling memikat para barat adalah ciri yang terakhir. Watak orang-orang Arab yang independen telah menjadi bahan pujian dan kekaguman para penulis Eropa sejak masa lalu hingga masa Gibbon saat ini. Bahwa orang-orang Arab sendiri menyadari kelebihan yang telah diberikan oleh lingkungan tempat tinggal mereka bisa disimpulkan dari perdebatan mereka dengan Kaisar Persia yang juga dihadiri oleh duta-duta dari Bizantium, India dan Cina Ketika seorang utusan dari Arab memaparkan dengan sangat fasih dan tegas butir-butir penting yang menjadi keunggulan bangsanya. Diodorus Siculus (hidup pada paruh kedua abad pertama Masehi) menegaskan bahwa orang-orang Arab “sangat menjungjung tinggi kebebasan mereka”. Dalam karyanya, Geography, Strabo berdasarkan otoritas penulis Yunani sebelumnya, menyatakan bahwa orang-orang Arab adalah satu-satunya bangsa yang tidak mengirimkan dutanya kepada Aleksander, yang punya rencana untuk “menjadikan Arab sebagai pusat kerajaannya”. Ada beberapa kerajaan di Arabia Felix, antara lain kerjaan Minea, Saba, Himyar, Aksum, Qataban dan Hadramaut. Kerajaan-kerajaan tersebut merupakan kerajaan kecil di Arabia Felix. Kerajaan Saba dengan ibukota Sharwah kemudian berpindah ke Ma’rib. Kerajaan Minea merupakan kerajaan yang mengendalikan bisnis kemenyan dengan ibukota Qarnaw. Qataban dengan ibukota Timna. Himyar dengan ibukota Zafar. Hadramau dengan ibukota Shabwa mengendalikan bisnis.

Arabia Gurun dihuni oleh suku pengembara di Akkadian yang disebut Aribi, seringkali menyerbu Negara sekitarnya, misalnya Arabia Felix dan Mesopotamia, yang mereka kadangkala memperoleh kemenangan. Untuk memahami orang terisolasi yang dikenal sebagai orang tanpa sejarah dibutuhkan kerja keras, meskipun demikian mereka dikenal sebagai penunggang unta pada abad ke sepuluh atau kesembilan sebelum Masehi (SM). Pada 250 SM berbagai suku Arabia mulai bergerak menuju Levant. Suku yang tercatat tersebut adalah suku Qedar dan Nabatu yang membuat jalan ke wilayah Edomit, Moabite dan Yahudi. Pada periode Parthian dan Romawi, beberapa dinasti Arabia menguasai kota di Syam (Syiria) dan Irak. Kota tersebut antara lain Palmyra, Emesa, Edessa, Hatra, Chacene dan Gerrha. Sementara itu orang modern umumnya berfikir bahwa penduduk dari Semenanjung Arabia sebagai Arab, para ahli sejarah kuno seringkali merujuk orang-orang ini dengan nama suku mereka secara langsung. Ini merupakjan hal yang sangat penting untuk menemukan siapa orang Arab yang sesungguhnya.

Orang Arab Petra tinggal di antara Mesir dan Mesopotamia, yang akhirnya menetap dari pengembaraan sebagai cara hidup mereka, membangun beberapa kota. Orang yang utama di daerah ini adalah orang Nabasia dan Petra sebagai ibukota mereka. Referensi tertua untuk orang Arab dapat ditemukan dalam kitab Injil Genesis, dimana pedagang Arab jual beli dengan Josep anak Jacob. Referensi lainnya ditemukan di laporan perang Raja Assyirian Salmanasser pada 853 SM dan laporan tentang sebuah kerajaan yang bernama Aribi, yang disebutkan dari Tiglath- Pileser III (745 – 727 SM) ke depan dan pengikut Asssyrian sampai pertengahan kedua abad ketujuah. Kemudian, Arab ditundukkan oleh raja Babilonia Nabonidus, yang membuat oase Tema menjadi ibukotanya dan mencapai Yatribu (Medina). Menurut peneliti Yunani, Herodotus, raja Persia Cambyses tidak menduduki Arab ketika menyerang Mesir pada 525 SM. Penggantinya, Darius I tidak menyebutkan Arab dalam prasasti Behistun dari tahun pertama pemerintahannya, tetapi menyebutkannya dalam akhir catatan. Halini menunjukkan bahwa Darius hanya menundukkan sebagian dari wilayah Arabia. Tidak ada petunjuk yang menunjukkan loyal atau tidak loyal terhadap terhadap raja Persia. Setelah raja Macedonia Alexander yang Agung menaklukkan kekaisaran Persia antara 335 sampai 323 SM, bagian dari Arabia yang tersisa lebih atau kurang otonomi selama berabad-abad. Pada 106 Masehi (M), bagian Arabia berhubungan dengan Yordan yang dijadikan provinsi kekaisaran Romawi dibawah kekuasaan Trajan. Ada beberapa kota dalam propinsi ini mulai dari utara menuju keselatan, Adraa (Dara’), Dion, Gerasa (Jerash), Philadelphia (amman) dan Aila (Aqaba). Selama periode Romawi, sejarawan Josephus dan Strabo dengan bebas mencampuradukkan penggunaan kata Arab dengan Nabasia dan sebaliknya raja Nabasia dikenal sebagai raja Arab dan kerajaan mereka dikenal sebagai Arabia. Maka ini hanyalah kesesuaian Kerajaan Nabasia menjadi Provinsi Arabia, yang memasukkannya ke Kekaisaran Rowawi. Meskipun, kendali rute laut oleh Himyar sangat meyakinkan. Pada akhir abad ketiga, raja Samir Yuhar menyatukan Yaman. Ia menganggap cukup penting untuk bernegosiasi dalam kestaraan dengan raja Kekaisaran Persia.

Sedangkan kaum Arab oleh para ahli sejarah dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan silsilah keturunannya, yaitu : Arab Ba’idah, Arab ’Aribah dan Arab Musta’ribah.

Kaum Arab Ba’idah, yaitu kaum Arab terdahulu yang rincian sejarah mereka tidak dapat diketahui secara sempurna, seperti kaum ’Aad, Tsamud, Kaldan, dan Amalq. Kaum ‘Aad atau ‘Ad merupakan suku Arab kuno yang dipimpin oleh ‘Ad ibn Kin’ad, tinggal di daerah Al Ahqaf, daerah sebelah barat Oman dan sebelah timur Yaman, membentang dari Laut Arab sampai Pegunungan Dhofar dan pinggiran Rub` al-Khali dan kaum ’Aad hidup pada masa Nabi Hud. Kaum Tsamud merupakan orang Arab kuno, hidup dari 2300 SM sampai 200 SM di Gunung Athlab dan di seluruh Arab Tengah. Kaum Tsamud hidup pada masa Nabi Saleh. Kuam Kaldan hidup di masa Nabi Ibrahim. Sedangkan kaum Amalq hidup bersama Nabi Ismail.

Kaum Arab “Aribah, yaitu Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjib bin Qahthan, dan dinamakan Arab Qahthaniyyah. Arab ‘Aribah, yaitu kaum Qahthan, bertempat di negeri Yaman. Kaum ini terdiri dari berbagai macam kabilah, dan yang terkenal adalah dua kabilah, yaitu Himyar dan Kahlan. Himyar (Humair) mempunyai anak keturunan yang terkenal adalah Zaid al-Jumhur, Qadla’ah dan as-Sakasih. Sedangkan Kahlan, anak keturunannya yang terkenal adalah Hamdan, Anmar, Thai’, Madzhaj, Kandah, Lakhm, Judzam, al-Azd, al-Aus, al-Khazraj, dan anak-anak Jafnah raja-raja Syam.

Kaum Arab Musta’ribah, yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, dan dinamakan Arab Adnaniyyah. Dari perkawinanya dengan anak Madladl, Isma’il dikarunia dua belas orang anak, semuanya laki-laki.” Mereka adalah Nabit (Nabajoth), Qidar (Kedar), Adba’il (Adbeel), Mabsyam (Mibsam), Masyama (Mishma), Dauma (Dumah), Maisya (Massa), Hadad, Yatma (Tema), Yathur (Jetur), Nafis (Naphis), dan Qaidama (Kedemah). Dari mereka itu terpecah menjadi dua belas kabilah, dan semuanya tinggal di Makkah. Mata pencaharian mereka adalah berdagang, dari negeri Yaman ke negeri Syam dan Mesir. Kemudian, kabilah-kabilah tersebut menyebar di seluruh jazirah, bahkan ada yang keluar jazirah. Nabit menurunkan bangsa Nabasia. Sayid Sulaiman An-Nadwi, setelah mengadakan penelitian yang cermat dan detail, menetapkan bahwa raja-raja dari keluarga Ghassan dan juga Anshar yang terdiri dari al-Aus dan al-Khazraj, bukan berasal dari keluarga Qahthan, namun berasal dari keluarga Nabit bin Isma’il, dan sisa-sisa mereka yang berada di negeri tersebut. Peradaban al-Anbath, yakni anak-anak Nabith, pernah mengalami jaman keemasan, di Hijaz bagian utara. Mereka memiliki kekuasaan yang kuat dan berhasil menguasai orang-orang yang ada di sekitar wilayah tersebut, Tidak ada seorang pun yang mampu melawannya sebelum datangnya Romawi. Setelah Romawi datang mereka berhasil ditundukkan. Adapun anak-anak Qidar bin Isma’il tetap tinggal di Makkah. Disana, mereka mengembangkan keturunannya. Di antara keturunan mereka adalah Adnan dan anaknya, Ma’ad. Dari dialah keturunan Arab Adnaniyah terpilihara. Adnan adalah kakek yang kedua puluh satu dalam silsilah keturunan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam apabila menyebutkan silsilah keturunannya dan sampai pada Adnan, beliau berhenti seraya berkata, ”Dustalah para ahli nasab, maka janganlah melapauinya.” Namun, sekolompok ulama, berpendapat bahwa melanjutkan nasab diatas Adnan boleh-boleh saja, karena mereka melemahkan hadits tersebut. Mereka mengatakan, setelah mengadakan penelitian yang cermat, bahwa antara Adnan dan Ibrahim terdapat empat puluh ayah.”

Anak keturunan Ma’ad, yakni dari anaknya yang bernama Nizar, terpecah menjadi berbagai kabilah. Dikatakan bahwa Ma’ad tidak mempunyai anak selain Nizar memiliki empat anak dan dari mereka terpecah menjadi empat kabilah besar, yaitu : Iyyad, Anmar, Rabi’ah dan Mudlar. Rabi’ah melahirkan Anazah, Abdul Qais, dua orang anak wakil yaitu Bakr dan Taghlab, Hanfah, dan lain-lainnya. Mudlar menurunkan Qia Ailn bin Mudlar dan Ilyas bin Mudlar. Keturunan Qais Ailan adalah Banu Salim. Banu Hauzan dan Banu Ghathfan. Sedangkan anak keturunan Ghathfan adalah Abas, Dziban, Asyja’. Sedangkan keturunan Iyas bin Mudlar adalah Tamin bin Murah, Hudzail bin Mudrikah, Banu Asad bin Khuzaimah, dan anak keturunan Kinanah adalah Quraisy ; mereka adalah anak-anak Fihr bin Malik bin Nadlar bin Kinanah. Quraisy terpecah menjadi berbagai kabilah, di antaranya yang terkenal adalah Jamah, Saham, Adi, Makhzum, Taim, Zahrah, dan anak keturunan Qushay bin Kilab yaitu Abdud-Dar bin Qushay.

Dari Abdu Manaf ada empat kabilah, yaitu : Abdu Syams, Naufal, al-Muthalib, dan Hasyim. Dari Hasyim terpilih pemimpin kita, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim.

Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Sesungguhnya Allah telah memilih Isma’il,diantara anak Ibrahin, kemudian memilih Kinanah diantara anak keturunan Isma’il, kemudian memilih Quraisy di antara Bani Kinanah, kemudian memilih Bani Hsyim di antara Bani Kinanah, kemudian memilih aku di antara Bani Hasyim.”

Dari Abbas bin Abdul Muthalib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ’Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, lalu menjadikan aku termasuk dari kelompok mereka yang terbaik. Kemudian, dipilihlah kabilah-kabilah, maka Dia menjadikan aku termasuk dari keluarga yang terbaik. Maka, saya adalah orang yang terbaik di antara mereka, dalam hal pribadi dan keluarga.”

Ketika anak keturunan Adnan mulai banyak, mereka menyebar di seluruh penjuru negeri Arab, mengais rezeki di tempat-tempat yang subur. Abdul-Qais, anak keturunan Bakr bin Wail, dan anak keturunan Tamim berpindah ke Bahrain dan berdomisili disana. Banu Hanifah bin Sha’b bin Ali bin Bakr keluar menuju Yamamah, kemudian tinggal di Hajar Ibu kota Yamamah. Seluruh anak keturunan Bakr bin Wail tinggal di sepanjang wilayah Yamamah sampai ke Bahrain, Saif Kazhimah dan Al-Bahr. Taghlab tinggal di jazirah Euprat, sedangkan Bani Tamim tinggal di sahara Basharah. Bani Asad tinggal di sebelah timur Taima’ dan sebelah barat Kufah. Di antara tempat tingal Bani Asad dan Taima’ terdapat perkampungan Buhtur dari kabilah Thai; sedangkan perjalanan antara tempat tinggal Bani Tamim dan Kufah dapat ditempuh selama lim malam. Dziban tinggal di dekat Taima’ sampai ke Hauran, Anak keturunan Kinanah tinggal di Tihamah. Sementara itu Makkah dan sekitarnya dihuni oleh Quraisy, mereka tidaklah bersatu sebelum Qushay bin Kilab lahir di tengah-tengah mereka. Qushay bin Kilab berhasil menyatakan mereka, dan mengangkat derajat mereka.

Keturnan Nabi Ismail yang lainnya adalah Suku Adba’il sering diidentifikasikan sebagai orang Idibi’ilu dari tanah Arubu yang menjadi persoalan bagi Tiglath Pileser II (744 SM – 727 SM). Idibi’ilu diberikan tugas sebagai agen raja Assyiria pada wilayah kekuasaan Mesir. Suku Adba’il menurut para ahli sejarah tinggal di Sinai. Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa keturunan Midsyam dan Masyama merupakan pendiri dari sebuah desa di sekitar Jabal Misma. Banyak para ahli bersejarah berspekulasi bahwa keturunan Hadad dikenal sebagai suku Harar. Orang Hararina tinggal di dekat barat-laut pegunungan Palmyra. Tetapi juga ada yang menyatakan bahwa suku Hadad ada di Arabia, yang sebagian besar suku Hadad menempati daerah seluruh Levant (Yordania, Syiria, Libanon dan Palestina). Dauma (Dumah) diidentifikasi oleh ahli sejarah sebagai orang Adumatu. Adumatu sering dihubungkan dengan Dumatu Jandal, yang merupakan kota kuno yang sangat penting dan strategis menghubungkan rute bisnis utama antara Syiria, Babilonia, Najd dan daerah Hijaz. Dalam catatan Tiglath Pileser III menyebutkan bahwa penduduk Mas’a dan Tema membayar upeti kepadanya. Pada pertemuan tingkat tinggi Jabal Ghunaym yang berlokasi sekitar 14 km sebelah selatan Tayma, para arkeolog Winnett dan Reed menemukan beberaa teks yang menyatakan suku Maisya berhubungan dengan Dedan dan Nabasia. Suku Maisya kemungkinan berhubungan dengan Masanoi dari Utara Arabia sebagai yang dinyatakan oleh Ptolomeus. Yatma (Teyma) biasanya dihubungkan dengan oase kuno Tayma, terletak di Timur Laut Hijaz yang merupakan rute bisnis antara Yatrib (Medinah) dan Adumatu (Dumatul Jandal). Antara Adumatu dan Tayma terdapat padang pasir terkenal Nafud. Di tempat ini terdapat bangunan peninggalan oase kuno.

DAFTAR PUSTAKA

Abbaasi, .M..,K.W. Hollman dan J.H. Murray, 1990. Islamic Economics: Foundations and Practices. International Journal of Social Economics. Vol. V.

Abu `Ubayd, 1975. Kitab al-Amwal, ed. M. Hiras, Cairo: Maktabat al-Kulliyah al-Azhariyah and Dar al-Fikr

Ad-Duwaisy, Syaikh Ahmad bin Abdulrrazak, 1999. Fataawaa al-Lajnah ad-Daa-imah lil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’ Al Buyuu’, Riyadh : Daarul ‘Ashimah

Afzalurrahman, 1982. Muhammad : Encyclopedia of Seerah. Vol. 2, No. 3, London : The Muslim School Trust.

Ahmad, Khurshid, 1980. Studies in Islamic Economics. Leicester : Islamic Foundation.

______, 1986. Problems of Reaseach in Islamic Economics with Emphasis on Reasearch Administration and Finance. Leicester: Islamic Foundation.

______, 1992. Nature and Significance of Islamic Economics. Leicester: Islamic Foundation.

Ahmad, Mushtaq, 1995. Business Ethics in Islam. Islamabad : The International Institute of Islamic Thought.

Ahmad, Syeikh Mahmud. 1952. Economic of Islam. Lahore : Institute of Islamic Culture.

Ahmad, Ziauddin. 1998. Islam, Proverty and Income Distribution. Lahore: The Islamic Fondation.

Al-Arabi, Mohammad Abdullah. 1966. Contemporary Banking Transactions and Islam’s views thereon. Islamic Review, London, May

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, 1985. Mukhtashar At-Targhib wa At-Tarhib, Beirut : Maktab al-Islami.

Al-Azdi, 1967. Ta’rikh al-Mawsil, ed. `A. Habibah, Cairo: Dar Ahya’ al-Turath al-Islami

al-Bakri, 1983. Mu`jam ma Usta`jam min Asma’ al-Bilad wa al-Mawadi`, ed. M. al-Saqqa’, Beirut: `Alam al-Kutub

Al-Baladhuri, 1959. Ansab al-Ashraf, ed. M. Hamidullah, Cairo: Dar al-Ma`arif

Al-Baladhuri, 1978. Futuh al-Buldan, ed. R. Radwan, Beirut: Dar Maktabat al-Hilal

Al-Bukhari, 1979. Sahih Al-Bukhari. Terjemahan oleh Mohammad Muhsin Khan, Islamic University Al-Medina Al-Munawara, Edisi Keempat, Lahore : Kazi Publication, Vol.VII, No.277, hal. 208-209.

Al-Dhahabi, 1990. Ta’rikh al-Islam: al-Maghazi, Beirut: Dar al-Kitab al-`Arabi

Al-Fanjari, Muhammad Shawqi, 1990. Dhatiyat al-siyasiyat al-iqtisadiyat al-islamiyah. Cairo: Markaz alIqtisad alIslami.

Al-Fasi, 1985. Al-`Iqd al-Thamin fi Ta’rikh al-Bilad al-Amin, Beirut: Maktabat al-Risalah

Al-Halabi, 1980. Al-Sirah al-Halabiyah fi Sirat al-Amin al-Ma’mun, Beirut: Dar al-Ma`arif

Al-Hazimi, 1995. Kitab al-Amakin, ed. H. al-Jasir, Riyadh: Dar al-Yamamah

Al-Isfahani, 1974. Kitab al-Aghani, Cairo: Dar al-Kutub al-Misriyah

Al-Jahiz, 1966. Al-Tabassur fi al-Tijarah , Cairo: Dar al-Kitab al-Jadid

Al-Jarjawi, Syehk Ali Ahmad, 1997. Hikmah at-Tasyri’ wa Falsafatuhu. Beirut: Darul El-Fikri.

Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim,1955. A’lamul Muwaqqi’in. Al-Maktabah at-Tijariyyah al-Kubra, Cairo, vol. III.

Algaoud, Lativa M., Lewis, Mervyn K. 2001. Islamic Banking. Massachusetts: Islamic Edward Elgar

Ali, Syed Ameer. 1949. A short history of the Saracens, London: Macmillan & Co., pp. 63-64.

Ali, A. Yusuf (Penerjemah), 1975. The Holy Qur’an. Lahore : Sh. Muhammad Ashraf.

Al-Hamdani, 1977. Sifat Jazirat al-`Arab, ed. M. al-`Akwa, Riyadh: Dar al-Yamamah

Al-Harbi, 1969. Kitab al-Manasik wa Amakin Turuq al-Hajj wa Ma`alim al-Jazirah, Beirut: Matba`at al-Mutannabi

Al Kattani, Abd al Hay. 1975. Al Taratib al Sultaniyyah. Beirut: Hasan Ju’na and M. Amin Damaj Pub.

Al-Khuza’i, 1980. Takhrij al-Dalalat al-Sam`iyah `ala ma Kana fi Ahd al-Rasul , Cairo: al-Majlis al-A`la li’l Shu’un al-Islamiyah

Al-Maghluts, Sami bin Abdullah bin Ahmad, 2005. Athlas Tarikh al-Anbiyaa wa al-Rusul, Obaikan.

Al-Maqrizy, Taqyuddin Ahmad bin Ali. 1988. Syuzur Al-Uqud fi Zikri Al-Nuqud. Tahqiq Muhammad Bahr Al-Ulum, Beirut : Daar Al-Zahra’.

Al-Maraghiy, Ahmad Mustafa, 1970. Tafsir al-Maraghiy. Penterjemah Muhammad Thalib, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka.

Al-Marzuqi, 1914. Kitab al-Azminah wa al-Amkinah, Hyderabad: Matba`at Da’irat al-Ma`arif.

Al Mawardi, Abu al Hasan. 1993. Al Ahkam al Sultaniyyah. Cairo: Mustapha al Babi al Halabi.

Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur-Rahman, 1998. Ar-Rahiq al-Makhtum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibina as-Shalat was-Salam. Cairo : Dar al-Hadits.

Al-Mushlih, A. ,Ash-Shawi, S. 2001. Ma La Yasa’ut Tajiru Jahluhu. Riyadh : Dar Al-Muslim.

Al-Naqsyabandi, Nashir Al-Sayyid Mahmud, 1953. Al-Dinar Al-Islami Fi Al-Muthaf Al-Iraqi, Beirut : Al-Rabithah.

Al-Qalqashandi, 1980. Nihayat al-Arab fi Ma`rifat Ansab al-`Arab , Beirut: Dar al-Kutub al-Lubnani

Al-Qummi, 1967. Tafsir al-Qummi, ed. T. Al-Jaza’iri, Najaf: Maktabat al-Huda

Al Qu’an dan Terjemahannya, Mekah : Khadim al Haramain asy Syarifain

Al-Qurtubi, 1966. Al-Jami` li-Ahkam al-Qur’an, Cairo: Dar al-Qalam

Al-Qutbi, 1982. I`lam al-`Ulama’ al-A`lam bi-Bina’ al-Masjid al-Haram, Riyadh: Dar al-Rifa`i

Al-Rashid, S, 1980. Darb Zubaydah, Riyadh: Riyadh Univ. Libraries

Al-Ruqqun, M. , 1986. Kiswat al-Ka`bah al-Mu`azzamah `abr al-Ta’rikh, Cairo: Matba`at al-Jiblawi

Al-Samhudi, 1981. Wafa’ al-Wafa’ fi Ta’rikh Dar al-Mustafa, Beirut: Dar Ahya’ al-Turath al-`Arabi

Al-Sayf, A. , 1983. Al-Hayah al-Iqtisadiyah wa al-Ijtima`iyah fi al-Najd wa al-Hijaz fi al-`Asr al-Umawi, Riyadh: Mu’assasat al-Risalah

Al-Shami, Al-Salihi, 1975. Subal al-Hudan wa al-Rashad fi Sirat Khayr al-`Ubbad, ed. `Abd al-`Aziz `Abd al-Haqq, Cairo: Lajnat Ahya’ al-Turath al-Islami

Al-Shawkani, 1979. Fath al-Qadir al-Jami` bayna Fana al-Riwayah wa al-Dirayah min `Ilm al-Tafsir, Beirut: Dar al-Fikr

Al-Sudayli, 1978. Al-Rawd al-Unuf fi Tafsir al-Sirah al-Nabawiyah, Beirut: Dar al-Ma`rifah

Al-Tha’alibi, 1965. Thimar al-Qulub, ed. M. Ibrahim, Cairo: Dar Nahdat Misr

Al-`Umari, 1985. Al-Hiraf wa al-Sina’at fi al-Hijaz fi `Asr Rasul Allah, Riyadh: `A. al-`Umari

Al-Waqidi, 1965. Kitab Maghazi Rasul Allah, ed. M. Jones, London: Oxford University Press

Al-Ya`qubi, 1939. Ta’rikh al-Ya`qubi (Najaf: al-Maktabah al-Murtadawiyah

Al-Zubayr b. Bakkar, 1996. Al-Akhbar al-Muwaffaqiyat, ed. S. al-`Ani, Beirut: `Alam al-Kutub

Anas, Malik b. , 1981. Al-Muwatta’, Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah

Anouar, Hassoune. 2002. Profitability of Islamic Banks. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 4, Number 2, July-Sept .

Ariff, Mohammad, 1982. Monetary and Fiscal Economics of Islam, Jeddah : ICRIE.

______, 1985. Toward a Definition of Islamic Economics : Some Scientific Consideration. Journal of Research in Islamic Economics, Winter.

______, 1988. Islamic Banking, Asian-Pacific Economic Literature, Volume 2, Number 2, September, pp. 48-64.

______, 1989. Islamic Banking in Malaysia : Framework, Performance and Lesson. Journal of Islamic Economics, Volume 2, Number 2.

______ dan Mannan, M.A., 1990. Developing a System of Financial Instruments. Proceeding of Seminar held in Kuala Lumpur, Malaysia, 28 April- 5 Mei.

______, 1997. The Role of the Market in the Islamic Paradigm. IIUM Journal of Economics and Management, Malaysia

Armstrong, Karen. 1996. Muhammad, A Biography of the Prophet, Second Edition, London : Victor Gollancz, The Cassell Group.

Aronsson,T.,Lofgren,K.G. and Backlund, K. 2004. Welfare Measurement In Imperfect Markets : A Growth Theoretical Approach. Cheltenham, Edward Elgar.

Arrow, K.J. and Scitowsky,T. 1969. Readings in Welfare Economics, HomeWood, pp.255-283.

Asheim,G.B. and Buchholz,W. 2004. A General Approach to Welfare Measurement Through National Income Accounting, Scandinavian Journal of Economic 106, pp. 361-384.

Asheim,G.B. and Weitzman,M.L. 2001. Does NNP Growth Indicate Welfare Improvement?, Economics Letters 73, pp. 233-239.

Atkinson, A. 1975. The Economics of Inequality. London: Oxford University Press.

At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. 2004. Al-Iqtishad al-Islami : Ushusun wa muba’un waakhdaf. Terjemahan, Yogyakarta : Magistra Insannia Press.

Awd Allah, A. , 1981. Makkah fi `Asr ma Qabl al-Islam, Riyadh: Da’irat al-Malik `Abd al-`Aziz

Ayati, M.I., 1980. The History of Prophet of Islam. ed. by A. Gordji, Tehran University, Tehran.

Bahjat, Ahmad, 1995. Anbiya’ Allah, Cairo : Daar As-Syuruq.

Bakkar, Al-Zubayr b. , 1961. Jamharat Nasab Quraysh wa Akhbaruha, ed. M. Shakir, Cairo: Maktabat Dar al-`Urubah

Baladhuri., 1966. Kitab Futuh Al-Buldan. Beirut:Terjemahan oleh Philp Khori Hittli.

Bhattacharya, K.M., 2005. Islamic Banking : A Case for Introduction in the Indian Banking System. IBA Bulletin, Mumbai, December, p.1

Blackorby, C. and Donaldson, D. ,1987. Welfare Ratios and Distributionally Sensitive Cost-Benefit Analysis. Journal of Public Economics, 34, pp.265-90

Carbonell, A.F. 2002. Subjective Questions To Measure Welfare and Well-being, Discussion Paper, Tinbergen Institute, Amsterdam, pp 1-5.

Chapra, M. Umer, 1970. The Economic System of Islam : Discussion of its Goal and Nature. London : The Islamic Cultural Centre.

______, 1979. Objectives of the Islamic Economic Order. Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.

______, 1979. The Islamic Welfare State and its Role in the Economy. Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.

______, 1985. Toward a Just Monetary System. Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.

______, 1995. Islam and the Economic Challenge. Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.

______, 2000. The Future of Economics : An Islamic Perspective. Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.

Choudhury, M.A. ,1991. Social Choice in an Islamic Economic Framework,

Choudhury, Masudul Alam and Houque, M. Ziaul. 2003 Islamic Finance: A Westen Perspective – Revisited. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 5, Number 1, April-June.

Chowdhury, A. Abdul Mannan. 1999. Resource Allocation, Investment Decision and Economic Welfare : Capitalism, Socialism and Islam. University of Chittagong, Banladesh.

Cizaka, M., 1995. Encyclopedia of Islamic Banking and Insurance. Institute of Islamic Banking and Insurance, London

Cohn, H.H., 1971. Interest, Encyclopedia Judaica. Jerusalem : Keter Publishing House.

Crone, P. 1987. Meccan Trade and Rise of Islam. Oxford : Basil Blackwell.

Dar, Humayon A. and Presley, John R. 2000, Lack of Profit Loss Sharing in Islamic Bankingm : Management and Control Imbalances, International Journal of Islamic Financial Services, Volume 2, Number 2, September, pp. 9-12.

Doi, Abdur Rahman I. 1984. Shariah : The Islamic Law. 3rd Edition, Kuala Lumpur : A.S. Noordeen Publishers.

Donner, F. 1977. Mecca‘s Food Supply and Muhammad’s Boycott, JESHO 20 : 249-66;

El-Diwani, Tarek, 2003. The Problem with Interest. 2nd edition, London: Kreatoc, Ltd.,

Elliot, John E.. 1985. Comparative Economic Systems, Wadsworth Publishing Company, Belmont, pp.408-429.

Fabozzi, Frank J Franco, Modigliani, Ferri, Michael G.,1994. Foundations of Financial Markets and Institutios, New York : Prentice-Hall Inc.

Federal Deposit Insurance Corporation, 2004. Bank Failure & Assistance. June 25.

Friedman, Thomas L., 2001. The Lexus and The Olive Tree: Undertanding Globalization, New York : Achor Book.

Ghazali, Imam. 1937. Al-Mustasyfa, Kairo : Al-Maktabah at-Tijariyyah al-Kubra, Vol.I hlm 139

Gilmore, M. et al., 1985. A Preliminary Report on the First Season of Excavations at al-Mabiyat, an Early Islamic Site in the Northern Hijaz, Atlal: Journal of Saudi Arabian Archaeology 9

Gopal, M.H. 1935. Mauryan Public Finance. London : George Allen & Unwin.

Gordon, B..1982. Lending at Interest : Some Jewish, Greek and Christian approach, 800 BC – AD 100, History of Political Economy, Vol. 14 No.3, pp. 406-26.

Griffin, Keith. 1989. Alternative Strategies for Economic Development, Macmillan, London, pp.218-219.

Grutchy, Allan G. 1977. Comparative Economic Systems. Houghton : Mifflin Company.

Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson,R.E., & Tatham, R.L., 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition, New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Hanafi, Khaled, 2003. Islamic Gold Dinar Will Minimize Dependency on U.S. Dolla., Money File, The Case for Gold, Cairo, January 8.

Haniffa, Roszaini dan Hudaib, Mohammad, 2004. Disclosure Practices of Islamic Financial Institutions : An Exploratory Study. The Islamic Perspective International Conference V, Brisbane, Australia.

Harahap, Sofyan Syafri, 2004. Akuntansi Islam. Cetakan keempat, Jakarta : Bumi Aksara

Haron, Sudin, 1996. The Effects of Managemet Policy on Performance of Islamic Banks. Asia Pacific Journal of Managemet, Oct, 13,2

Haron, Sudin, 1997. Islamic Banking : Rules & Regulations. Selangor : Pelanduk Publications.

Haron, Sudin and Ahmad, Norafifah. 2000. The Effects of Conventional Interest Rates and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System In Malaysia. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 1, Number 4, January-March.

Haron, Sudin and Yamirundeng, KuMajdi. 2003. Islamic Banking In Thailand: Prospects and Challenges, International Journal of Islamic Financial Services, Volume 5, Number 2, September.

Hassan, Ahmad, 2004. A-lAuraq Al-Naqdiyah fi Al-Iqtishad Al-Islamy, Terjemahan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hause,J.C. 1975. The Theory of Welfare Cost Measurement. Journal of Political Economy 83, Juni, pp. 1145-1182.

Heck, G., 1999. Gold Mining in Arabia and the Rise of the Islamic State,JESHO 42 : 363ff

Heilbroner, Robert and Lester Thurow, 1994. Economic Explained. New York:Simon & Schuster.

Henry, Clement M., 1999. Special issue on Islamic Banking and Finance. Thunderbird International Business Review, 41(5/6), pp.355-609, July.

Hibatallah, Abu Baqa’, 1984. Al-Manaqib al-Mazyadiyah (Amman: Maktabat al-Risalah al-Hadithah

Hitti, Philip K., 2002. History of The Arabs, From the Earliest Time to Present, New York : Palgrave Macmillan.

Hodgson, Marshall G.S., 1974. The Venture of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago : The University of Chicago Press.

Homby, A.S., 1974. Oxford Avanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford University Press.

Hughes, T. P. , 1982. Dictionary of Islam, New Delhi: Cosmo Publications

Ibn al-Athir, 1985. Al-Kamil fi al-Ta’rikh, Beirut: Dar al-Kitab al-`Arabi.

Ibn Habib, 1942. Kitab al-Muhabbar, ed. I. Lichtenstadter, Hyderabad: Da’iat al-Ma`arif al-`Uthmaniyah

Ibn Habib, 1985. Kitab al-Munammaq, Beirut: `Alam al-Kutub

Ibn Hajar, 1906. Kitab al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah, Cairo: Matba`at al-Sharifah

Ibn Hazm, 1971. Jamharat Ansab al-`Arab, Cairo: Dar al-Ma`arif

Ibn Hisham, 1955. Kitab Sirat al-Nabi, ed. M. Al-Saqqa, Cairo: Makatabat Mustafa al-Babi al-Halabi

Ibn Ishaq, 1976. Sirat Ibn Ishaq, ed. M. Hamidullah, Rabat: Ma`had al-Dirasat wa al-Abhath

Ibn Ishaq, 1955. The Life of Muhammad, Oxford: Oxford University Press

Ibn Kathir, 1966. Al-Bidayah wa al-Nihayah, Riyadh: Maktabat al-Nasr.

Ibn Khaldun, 1978. Muqaddimat Ibn Khaldun , Beirut: Dar al-Hilal

Ibn Khallikan, 1969. Wafayat al-A`yan, ed. Ahsan `Abbas, Beirut: Dar al-Thaqafah

Ibn Qutaybah, 1966. Al-Shi`r wa al-Shu`ara’, Cairo: Dar al-Ma`arif

Ibrahim, M., 1990. Merchant Capital and Islam. Austin: University of Texas Press.

Ibrahim, Abdullah Lam, 2005. Ahkaamul Aghniyaa fisy Syari’ah Al Islaamiyah wa Atsaaruhu. Amman : Darun Nafais.

Imam-ud-Din, S.M.,1982. A Historical Background of Modern Islamic Banking, Islamic Research Economics Bureau, pp. 175-83.

Iqbal, Z., 2004. Financial Intermediation and Design of Financial System in Islam, Islamic Economic Studies, Vol.11,No.2, March.

Iqbal, Z. and Mirakhor, A. 2004. A Stakeholders Model of Corporate Governance of Firm in Islamic Economic System. International Seminar on Economics, Malaysia, September 22-24.

Iqbal, Z. and Mirakhor, A. 2007. An Introduction to Islamic Finance : Theory and Practice, Singapore : John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.

International Association of Islamic Banks. 1997. Directory of Islamic Banks and Financial Institutions. Jeddah : International Association of Islamic Banks.

Ismail, A.H., 1986. Islamic Banking In Malaysia : Some Issues, Problems, and Prospects. Kuala Lumpur : Bank Islam Malaysia Berhad.

Janahi, A.L., 1995. Islamic Banking : Concept, Practice and Future. Second Edition, Manama : Bahrain Islamic Bank.

Johnson, Marion, 1968. The Nineteenth-Century Gold ‘Mithqal’ in West and North Africa, The Journal of African History, Vol. 9, No. 4 , pp. 547-569

Kazarian, E. 1991. Finance and Economic Development, Islamic Banking in Egypt. Lund Economic Studies No.45, University of Lund, Lund.

Khalil, Syauqi Abu, 2003. Athlas al-Hadith al-Nabawi, Minal Kutub ash-Shihaah as-Sittah, Damaskus : Dar al Fikr

________________, 2005. Athlas Al Qur’an, Amakin, Aqwam, A’laam, Damaskus : Dar al Fikr

Khan, Muhammad Akram., 1989. Economic teachings of Prophet Muhammad (may peace be upon him): a select anthology of Hadith literature on economics. Islamabad: International Institute of Islamic Economics: Institute of Policy Studies.

Khan, M. Fahim 1999. Financial Modernization in 21st Century and Challenge for Islamic Banking. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 1, Number 3, Oct-Dec.

Khan, M. Mushin 1979. Sahih Al-Bukhari : Arabic-English, Islamic University Al-Medina Al-Munawara, Kazi Publication, Lahore, Vol.7 No.277. pp.208-209

Khan, Mohsin and Mirakhor, Abbas, 1987. Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance. Houston : IRIS Books.

Khan, Mohsin and Mirakhor, Abbas, 1992. Islam and the Economic System, Review of Islamic Economics. Vol.2, No.1, pp. 1-29.

Kister, M. 1965. Makkah and Tamim: Some Aspects of Their Relations. JESHO 8 : 117-63

Majid, Fakhry, 1997. A Short Introduction in Islamic Philosophy, Theology and Mysticism. Oxford, England : Oneworld Publications.

Maali, Bassam, Casson, Peter, and Napier, Christopher,2003. Social Reporting by Islamic Banks. Discussion Papers in Accounting and Finance, University of Southampton, September.

Mannan, M. A.,1970. Islamic Economics, Theory and Practic. Leicester, United Kingdom.: The Islamic Foundation.

Mannan, M. A., 1984. The Making of Islamic Economic Society: Islamic Dimensions in Economic Analysis. Cairo: International Association of Islamic Banks.

Maududi, Sayyid Abu A’la. 1963. Economic and Political Teachings of the Quran. Weisbaden, Otto Harasowitz, pp. 178-190.

McKenzie,G.W. 1982. Welfare Measurement : A Syntesis. The American Economic Review 72(4), September, pp. 669-682.

Miles, G. , 1948. Some Early Arab Dinars, Museum Notes, New York: American Numismatic Society

Mohmassani, Sobhi, 1978. Al-Awza’l wa Ta’alimuhu’l Insaniyah wa’l Qanyniyah. Beirut : Dar al-Ilm li’l Mala’in.

Muslim, 1994. Sahih Muslim, Riyadh : Dar Ibni Khuzaimah

Nada, Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid, 2003. Mausuuah al-Adaab al-Islaamiyyah al Murattabah ‘alaa al Huruuf al Hijaa’iyyah, Daar Thayyibah li an-Nasyr wa at-Tawzi.

Nadwi, S.Abu Hasan Ali.1975. The Four Pillars of Islam. Edisi kedua, Karachi : Majlis Nashreyat-e-Islam.

Naqvi, Syed Nawab Haider, 1994. Islam, Economics and Society, London : Kagan Paul International.

Nashif, Syekh Manshur Ali, 1994. Attaajul Jaami’ lil ushuul fii ahaaditsir Rasuul,

Nelson, Benjamin. 1949. The Idea of Usury : From Tribal Brotherhood to Universal Otherhood. Princetone : Princetone University Press.

Neusner, Jacob. 1990. The Talmud of Babylonia : An American Translation. Atlanta: Scholar’s Press.

Patinkin, D.. 1968. Interest, International Encyclopeia of the Social Sciences. London : Macmillan Inc.

Perlman, Richard. 1976. The Economics of Proverty,. New York : Mc Graw Hill.

Petras, James and Veltmeyer, Henry. 2001. Globalization Unmasked : Imperialismin the 21st Century, New York : Zed Books.

Pollack, R.A. and Wales, T.J.,1979. Welfare Comparisons and Equivalence Scales. American Economic Review, 69, pp.216-21.

Qardhawi, Yusuf, 1990. Madkhal Li Dirasah Al-Syari’ah Al-Islamiah. Kaherah : Maktabah Wahbah

Qardhawi, Yusuf, 2003. Fi Fiqh al-Aqaliyyah al-Muslimah. Kaherah : Dar I-Shuruq.

Qureshi, Anwar Iqbal, 1974. Islam and the Theory of Interest. Lahore : Sh. Muhammad Ashraf.

Rahman, Afzalur.,1980. Islamic Doctrine on Banking and Insurance. London : Muslim Trust Company.

Rahman, Fazlur., 1964. Riba and Interest. Islamic Studies, Maret, pp. 1-43

Rahman, Yahia Abdul. 1999. Islamic Instruments for Managing Liquidity,.International Journal of Islamic Financial Services, Volume 1, Number 1, Apr-Jun.

Rangaswami, K. 1927. Aspects of Ancient Indian Economic Thought. Madras law Journal Press, Mylapore.

Ravallion, M. and Lokshin, M. .2000. Subjective Economic Welfare. Development Research Group, World Bank.

Rosly, Saiful Azhar, 2004. The Inseparable Shari’ and Tabi’ Principle in Business Strategy. DinarStandard, Business Strategies for Muslim World, December 3.

Russell, Bertrand. 1946. History of Western Philosophy. London : George Sallen & Unwin.

Sabzwari, MA.1979. Zakah and Ushr with Special Reference to Pakistan. Industries Printing Press, Karachi, p.5.

____________.1982. The Concept of Saving in Islam. An NIT Publication, Karachi, p.1

Sadr, Kazim. 1989. Essays on Iqtishad : The Islamic Approach to Economic Problems, Nur Corp.,MD, USA

Saqar, N. , 1981. Al-Ta’if fi al-`Asr al-Jahili wa Sadr al-Islam, Jiddah: Dar al-Shuruq

Shamma, S., 1976. Al-Madinah: Ma’din Amir al-Mu’minin, Al-Maskukat 7 : 106-9.

Sarker, Abdul Awwal. 1999. Islamic Business Contracts : Agency Problems and The Theory of The Islamic Firms. International Journal of Islamic Financial Services, Volume 1, Number 2, Jul-Sep..

Serjeant, R. B. 1990. Meccan Trade and the Rise of Islam, JAOS 111 : 472.

Shaban, M. 1971. Islamic History: A New Interpretation. London: Cambridge University Press.

Shahid, I.,1956. The Arabs in the Peace Treaty of 561 A.D., Arabica 3 : 185

Sharif, Mohammad, 2003. Application of Islamic Economic System In a Contemporary Economy : An Illustration with Poverty and Inequity in the USA, Humanomics, Patrington, Vol.19, p. 41.

Shibli, Nomani. 1962. Seeratun Nabi. Karachi : Matbee Maarif Azamgarh, Vol.1

Siddiqi, Muhammad Nejatullah.1982. Recent Work on History of Economic Thought in Islamic Survey. International Centre for Research in Islamic Economic, King Abdul Aziz University, Jeddah.

Siddiqui, Amir Hasan.1962. Studies in Islamic History, Karachi: The Jamiyatul Falah Publications, p.102.

Simon, R. , 1989. Meccan Trade and Islam: Problems of Origin and Structure, Budapest: Akademiai Kiado

Subhani, Ja’far, 1984. The Message, Karachi : Foreign Department of Be’that Foundation

Taleqani, Sayyed Mahmood. 1983. Islam and Ownership, Lexington: Mazda Publishers.

Tawney, R. H. , 1926. Relegion and the Rise of Capitalism, London and New York : Harcourt Brace.

Ubaid, Abu. 1353H. Al Amwal. Cairo: Al Maktabah al Tijaryyah al Kubra.

Uzair, Mohammad. 1956. An Outline of Interestless Banking. Karachi : Raihan Publication.

Uzair, Mohammad. 1978. Interest Free Banking. Karachi : Royal Book Company.

Vadillo, Umar I., 1996. The Return of the Gold Dinar : A Study of Money in Islamic Law. Medinah : Medinah Press

Watt, Montgomery, 1953. Muhammad at Makkah. Oxford: Oxford University Press.

________________, 1956. Muhammad at Madinah. Oxford: Oxford University Press.

________________, 1964. Muhammad Prophet and Stateman. Oxford: Oxford University Press

Wolf, E. 1951. The Social Organization of Mecca and the Origins of Islam, Southwest Journal of Anthropology : 334-36

Yadegari, Mohammad. 1983. Ideological revolution in the Muslim world. Bretnwood : IGPS.

Yusuf, Abu. 1302H. Kitab al Kharaj. Cairo : Shaybani’s Al Jami’al Saghir.

Zahra, Muhammad Abu, 1978. Al Imam Zaid, Cairo : Dar al Fikr al‘Araby, pp. 293-295.

Zahra, Muhammad Abu, 1978. Abu Hanifa, Cairo : Dar al Fikr al‘Araby, p. 539.

ketuaamikom