Kiat Sukses Menjadi Entrepreneur Bagi Orang Biasa (11)
By M. Suyanto, STMIK AMIKOM Yogyakarta
Sebagai entrepreneur pemula, pemasaran sederhana kami lakukan dengan memasang spanduk, yang khas yang bertuliskan nama bimbingan belajar kami dan program yang kita tawarkan. Kita juga membuat logo dengan sedikit meniru Perguruan Tinggi Besar di Yogyakarta, tetapi sedikit berbeda. Logo kita merupakan simbol dari Mahkota Sultan Agung, yang berkeinginan di kemudian hari seperti Sultan Agung yang merupakan Raja terbesar di Jawa. Kita juga berkeinginan suatu saat bimbingan belajar kita juga terbesar di Jawa, karena terbesar di Jawa juga bermakna terbesar di Indonesia. Selain spanduk, kita juga membuat brosur yang sederhana. Brosur tersebut kita bagi ke sekolah-sekolah yang ada di kota Yogyakarta secara tebatas, karena brosurnya juga terbatas. Usaha yang cukup keras dengan membagi brosur ke sekolah-sekolah tersebut, ternyata yang mendaftar hanya ada 2 siswa. Itulah perjalanan yang harus kita lewati dengan susah payah, tetapi memberi pelajaran yang sangat berharga. Kesulitan itu akan memunculkan kratifitas dan inovasi yang sangat luar biasa. Hal ini tidak akan kita peroleh kalau kita tidak pernah mencoba memulai bisnis. Akhirnya memunculkan ide agar bimbingan belajar tersebut dapat menggelinding, maka kami menggratiskan 3 tetangga dengan persyaratan tertentu. “Kamu ikut saja” kita mengajak. “Nggak ada biaya Mas” kata mereka. “Gratis..tapi syaratnya bawa speda motor” kita memberikan persyaratan. “Dekat kok. Jalan saja bisa Mas” jawab mereka. “Pokoknya kamu harus bawa sepeda motor” kami berharap. “Oh..ya..Mas” mereka bersedia.
Setelah mereka masuk bimbingan, terlihat di depan kantor sejumlah 6 sepeda motor yang terdiri dari 2 sepeda motor siswa kita yang sesungguhnya, 3 sepeda motor siswa gratis dan 1 sepeda motor pengajar (tentor). Dengan menggratiskan 3 siswa yang merupakan sedekah bagi kami dan merupakan senjata pemasaran yang sangat ampuh. Bimbingan belajar yang kecil itu sudah ada aktivitasnya. Adanya aktivitas merupakan bagian pemasaran yang sangat penting, meskipun aktivitas itu masih sederhana. Hal ini juga membuat kita lebih percaya diri, sehingga saya sendiri sudah berani keluar ruangan dan nampang di depan kantor, karena sudah ada aktivitas. Dalam hati saya berkata “Lho.. ada siswanya kan..Ada yang ikut bimbingan tes kita kan”. Kemudian kawan saya mengajak untuk buka pada hari minggu. Luar biasa, ada 14 anak sebagian besar berasal dari Kudus mendaftar bimbingan belajar kami. Kepercayaan diri semakin meningkat. Langkah ketiga yang tersulit telah kita lewati.
Siswa yang sedikit itu memaksa kita berpikir lebih keras, akhir terbersit ide untuk melayani siswa kita ke rumahnya masing-masing. Saya dan kawan-kawan datang bergantian setiap malam mengajari mereka atau kadangkala kami berdua atau bertiga. Kami menanyakan mata pelajaran apa yang merasa masih kesulitan. Tentor (pembimbing) mata pelajaran yang siswa merasa kesulitan tersebut yang bekerja. Kami hanya ingin mereka kelak dapat lulus dalam menempuh ujian masuk perguruan tinggi negeri. Sebagai ukuran keberhasilan kita adalah banyaknya siswa yang diterima di perguruan tinggi negeri. Pelayanan yang prima membuahkan hasil, karena orang tua dari siswa kita sangat senang. Seringkali kita memandang keuntungan itu hanya semata-mata finansial, tetapi sesungguhnya ada keuntungan yang jauh lebih penting dan berdampak jangka panjang, yang paling sering kita lupakan, yaitu keuntungan bertambah keluarga, keuntungan bertambah ilmu, keuntungan bertambah ketenangan jiwa dan keuntungan bertambah pahala yang mengalir tanpa henti sampai kita meninggalkan dunia ini.