Belajar Menjadi Entrepreneur dari Kaum Lakhmi (2)

By M. Suyanto

Pembangunan al-Sadir, sebuah puri yang dalam pusisi dihubungkan dengan al-Khawarnaq dan terletak ”di tengah-tengah gurun antara Hirah dan Suriah”, juga dinisbatkan kepada al-Nu’man. Puri al-Sadir dan bangunan-bangunan hirah lainnya di Lakhmi kini hanya tinggal nama. Tidak ada lagi yang bisa dikenali kecuali al-Khawarnaq.

Di bawah pemerintahan anak laki-laki dan penerus al-Nu’man, al-Mundzir I (sekitar 418-462 M), Hirah mulai memainkan peranan penting dalam berbagai peristiwa pada masanya. Sedemikian besar pengaruh al-Mundzir sehingga ia dapat memaksa para pendeta Persia untuk memahkotai Bahram, yang menginginkan jabatan sebagai putra mahkota. Pada 421, ia berperang bahu membahu dengan kerajaan Sasania melawan Bizantium.

Pada paruh pertama abad ke-6 Masehi, Hirah diperintah oleh Mundzir yang lain, yaitu al-Mundzir III (sekitar 505-554), yang disebut oleh orang-orang Arab sebagai Ibn Ma’al-Sama’ (air langit). Masa pemerintahannya adalah yang paling terkenal dalam catatan sejarah kerajaan Lakhmi. Ia merupakan duri bagi Suriah Romawi. Ia banyak melakukan serangan hingga ke Antiokia sebelum akhirnya berhadapan dengan lawan yang lebih kuat, yaitu al-Hatits dari kerajaan Gassan. Berkenaan dengan al-Mundzir ini, al-Aghani menceritakan kisah aneh tentang dua sahabat karib yang diriwayatkan dikubur hidup-hidup dalam sebuah pesta minuman keras.

Anak laki-laki dan penerusnya, ’Amr, dengan julukan Ibn Hind (554-569), meskipun sangat tiran, merupakan pelindung para penyair yang sangat pemurah. Para penyair Arab terbaik, seperti Tharafah ibn al-’Abd, al-Harits ibn Hillizah dan ’Amr ibn Kultsum (tiga dari tujuh penyair terkenal ”Puisi-puisi Emas”, Mu’allaqat), berkumpul di istananya. ’Amr, seperti halnya raja-raja Lakhmi dan Jafna, mengakui peran para penyair pada masanya dalam membentuk opini publik. Karena itu, ia dan raja-raja lainnya, dengan tujuan menyebarkan pengaruh di kalangan orang-orang badui, memberikan sejumlah besar hadiah kepada para penyair yang sering mengunjungi istana. ’Amr tewas di tangan Ibn Kultsum, seorang pencari suaka, yang membalas sakit hati ibunya yang telah dihina oleh raja.


ketuaamikom