Belajar Menjadi Entrepreneur dari Kaum Himyar (1)
By M. Suyanto
Kaum Himyar atau oleh orang Yunani dan Romawi disebut Kaum Homerite adalah merupakan kaum di Arab Selatan kuno yang menggantikan kaum Saba’. Kita dapat belajar menjadi entrepreneur dari kaum ini. Dari 115 S.M. dan seterusnya, semua wilayah Saba’ jatuh ketangan penguasa baru yang datang dari dataran tinggi sebelah barat daya, yaitu suku Himyar.
Sejak itu, peradaban di daerah itu disebut sebagai peradaban Himyar, meskipun gelar raja mereka tetap sama, yaitu “raja Saba dan dzu-Raydan”. Raydan kemudian dikenal dengan sebutan Qataban. Hal ini menandai awal munculnya kerajaan Himyar pertama, yang berdirihinggga sekitar 300 M. Kata “Homeritae” muncul pertama kali dalam The Periplus of the Erythraen Sea (sekitar 60 M), kemudian dalam karya Pliny. Kaum Himyar adalah kerabat dekat kaum Saba’ dan, sebagai keturuanan tertua dari rumpun tersebut, menjadi pewaris budaya dan perdagangan Minea-Saba. Bahasa mereka praktis sama dengan bahasa orang-orang Saba dan Minea. Demikian pula ibukotanya berpindah dari Ma’rib menuju ke Zafar. Reruntuhan bangunan kota tersebut terletak pada Pegunungan Mudawwar di dekat Yarim. Zhafar (pada masa klasik disebut Sapphar dan Saphar, atau Sephar dalam Kitab Kejadian 10 : 30), kota di bagian dalam semenanjung, sekitar seratus mil sebelah timur laut Mukha dio atas jalan menuju Sana’a, adalah ibu kota Dinasti Himyar. Kota itu menggantikan posisi Ma’rib, kota orang-orang Saba, dan Qarnaw, kota orang-orang Minea. Reruntuhannya masih dapat dilihat dipuncak bukit dekat kota Yarim. Pada masa penyusunan The Periplus, rajanya adalah Kariba-il Watar (Charibael, dalam The Periplus).
Rujukan Pliny tentang adanya sistem pertanian memang terbukti dengan adanya sumur, bendungan dan tempat penampungan air yang sering disebut dalam berbagai tulisan. Mengumpulkan pohon kemenyan, yang dipandang sebagai tindakan religius, masih menjadi sumber pendapatan terbesar. Perdagangan luar negerinya berbasiskan ekspor frankincense dan myrrh. Kaum Himyar selama beberapa tahun menjadi perantara utama perdagangan antara Afrika dan Mediterania. Kaum Himyar membeli gading dari Afrika dan menjualnya ke daerah kekuasaan Romawi. Kapal kaum Himyar berlayar secara regular ke pantai Afrika Timur dan juga menggunakan pertimbangan kontrol secara politik terhadap kota perdagangan Afrika Timur. Perdagangan kaumHimyar mulai menurun, setelah adanya dominasi dari kaum Nabasia yang berasal dari utra Hijaz dan superioritas Romawi atas perdagangan laut setelah Romawi menundukkan Mesir, Syiria dan Utara Hijaz serta peperangan antar suku di wilayah Himyar.
Pada masa Himyar inilah pasukan Romawi di bawah pimpinan Aelius Gallus berhasil masuk hingga daerah Mariama. “Ilasarus” dari Starbo, yang merupakan penguasa pada masa itu, tertera dalam berbagai tulisan dengan nama Illi-syariha Yahdhub. Peristiwa penting lainnya pada bagian awal periode ini adalah berdirinya berbagai koloni Arab dari Yaman dan Hadramaut di “Negeri Kush”. Kush adalah anak tertua Ham dan saudara laki-laki Kana, Kitab Kejadian 10: 6, tempat yang mereka jadikan pusat kerajaan dan peradaban Abissinia, dan akhirnya mengembangkan sebuah budaya yang tampaknya tidak mungkin bisa dicapai oleh bangsa negro pribumi. Tergantikannya suku-suku Arab Selatan sebagain dari mereka pindah ke Suriah dan Irak, sekitar pertengahan abad kelima Masehi (dalam riwayat populer hal tersebut terkait dengan jebolnya bendungan besar Ma’rib), mungkin menyebabkan bertambahnya pemukiman orang-orang Arab Selatan di Abissinia. Jauh sebelum terjadinya penaklukan umat Islam, di sepanjang pesisir Afrika Timur telah terjadi percampuran darah Arab. Kerajaan Aksum (Axum), embrio kerajaan Abissinia, berdiri pada abad pertama Masehi.