Kiat Sukses Menjadi Entrepreneur Bagi Orang Biasa (31)
By M. Suyanto, STMIK AMIKOM Yogyakarta
Strategi AMIKOM Yogyakarta yang berawal dari peruguruan tinggi sangat kecil yang dimulai tidak menggunakan uang tunai dengan gedung sangat sederhana yang belum dibayar sewanya dengan menggunakan cara baru dalam mendidik mahasiswanya, yaitu pendidikan yang lebih menekankan sikap mental dan ketrampilan daripada pengetahuan.
Demikian pula dalam memperoleh mahasiswa dengan menggunakan konsentrasi baru seperti E-Commerce, Multimedia, Jaringan Internet yang tidak ada di kurukulum nasional atau di perguruan tinggi yang dipakai sebagai acuan perguruan tinggi lain, ketika itu dan konsentrasi film kartun pada saat sekarang, sekaligus menyediakan laboratorium dunia kerja atau menyediakan beberapa perusahaan untuk magang mahasiswa sesuai dengan bidang konsentrasinya yang tidak banyak dilakukan perguruan tinggi lain ketika itu, mencoba untuk keluar dari strategi samudra merah menuju strategi yang oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne disebut sebagai strategi samudra biru.
Menurut pengamatan saya, yang mungkin saja bisa salah, strategi perguruan tinggi saat ini kebanyakan menggunakan strategi samudra merah. Strategi samudra merah mempunyai beberapa ciri. Pertama, dalam bersaing dalam pasar yang sudah ada dan ruang pasar yang sudah dikenal. Kedua, dalam strategi samudra merah perguruan tinggi menggunakan aturan persaingan yang telah diketahui dan berusaha mengalahkan lawan mereka demi memperoleh mahasiswa yang lebih banyak. Ketika pasar sesak, prospek keuntungan dan pertumbuhan berkurang. Persaingan sangat ketat yang dapat mengubah samudra merah menjadi samudra penuh darah, yang kalah mati, yang menang pingsan. Banyak perguruang tinggi yang tidak mampu bersaing berguguran, sedangkan yang merasa menang dalam persaingan merasa sempoyongan. Ketiga, perguruan tinggi hanya mengekploitasi pasar yang sudah ada dengan menggunakan strategi pemasaran yang itu-itu saja dan pasar yang dibidik juga itu-itu saja, tidak berpikir untuk menciptakan pasar yang lebih luas atau menciptakan pasar yang baru. Keempat, memilih antara nilai yang diperoleh pelanggan dan biaya yang harus dikeluarkan pelanggan atau dengan kata lain, perguruan tinggi hanya bisa menciptakan nilai lebih tinggi bagi pelanggan dengan biaya lebih tinggi atau menciptakan nilai lumayan dengan biaya lebih rendah. Kelima, dengan demikian perguruan tinggi dengan menggunakan strategi samudra merah harus membuat pilihan, menggunakan strategi strategi diferensiasi atau biaya rendah.
Sebaliknya perguruan tinggi yang menggunakan strategi samudra biru berusaha melakukan beberapa hal. Pertama, menciptakan pasar yang belum ada pesaingnya dan belum terjelajahi. Kedua, untuk berkembang tidak perlu bersaing atau tidak punya pesaing atau membuat persaingan itu tidak relevan dengan inovasi nilai atau menciptakan lompatan nilai bagi pembeli dan institusi, sehingga membuka peluang pasar baru tanpa pesaing. Ketiga, perguruan tinggi dengan strategi samudra biru berusaha dan menciptakan dan menangkap permintaan baru. Keempat, perguruan tinggi dengan strategi samudra biru mendobrak pertukaran nilai-biaya dengan inovasi nilai. Inovasi nilai bukan teknologi super canggih dan kecepatan memasuki pasar, tetapi inovasi nilai terjadi hanya ketika perguruan tinggi memadukan inovasi dengan manfaat, besarnya biaya kuliah dan posisi biaya yang dikeluarkan institusi. Kelima, Strategi samudra biru mengejar diferensiasi dan biaya rendah secara bersamaan bertumpu pada pengalaman di bidang pendidikan yang diciptakan. Strategi samudra biru dapat dipakai oleh perguruan tinggi kecil atau besar, digunakan perguruan tinggi papan atas atau papan bawah, yang berteknologi tinggi atau tidak oleh bahkan peruruan tinggi yang program studinya diminati atau yang tidak, sehingga dapat dipakai oleh semua perguruan tinggi.