VIRUS ENTREPRENEUR

By M. Suyanto

Saat ini baru gempar-gemparnya membahas virus yang menyebabkan flu burung dan akibat yang ditimbulkannya, tetapi kita jarang membicarakan virus yang namanya virus entrepreneur. Virus entrepreneur harus disuntikkan sejak kecil untuk menjadikan Negara Indonesia ini unggul.

Jika virus ini disuntikkan 5 % saja dari seluruh penduduk Indonesia dan virus tersebut dapat menjadi 5 % entrepreneur, maka Indonesia sudah melebihi Taiwan dan Jepang. Entrepreneur yang ada di Taiwan hanya 4,8 % dari penduduknya, sedangkan yang ada di Jepang mencapai 4 % dari seluruh penduduknya. Indonesia, saat ini baru mencapai 1,2 %, masih kalah dengan Filipina, yang entrepreneurnya sudah mencapai 1,5 % dari seluruh penduduknya. Anggaran pendidikan yang konon pada 2006, telah mencapai 20 %, alangkah indahnya sebagian digunakan untuk menyuntikkan virus entrepreneur ini.

Kejadian menarik, saya alami ketika anak saya sakit. Saya membeli obat di toko obat milik kawan saya, yang kebetulan istrinya Tionghoa. Ketika saya sedang membeli obat di toko obat kawan saya tersebut, saya dibuat untuk bertanya, karena dilemari-lemari maupun meja-meja yang penuh obat tersebut ada kotak yang berbeda, yang ternyata berisi beberapa pak rokok. “Mbak kok sampeyan jualan obat kok juga jualan rokok ?”. Istri kawan saya tersebut tersenyum sambil menjawab “Enggak kok mas Yanto. Kotak rokok ini bukan saya yang punya, tetapi ini kepunyaannya Diana”. Diana adalah anaknya yang ketika itu masih ada di sekolah Dasar. Itulah cara keluarga Tionghoa untuk mengajari bisnis anaknya sejak kecil. Maka kalau anaknya sudah besar, saya berkeyakinan, ia akan trampil dalam dunia bisnis. Karena sekolah bisnisnya sejak SD dengan modal dari orang tua sekotak yang berisi rokok. Saudara kita Tionghoa, telah terbiasa menyuntikkan virus entrepreneur kepada anaknya sejak kecil, sehingga wajar kalau jiwa entrepreneurnya di atas rata-rata.

Saya juga bersyukur kepada Allah, sudah dikenalkan bisnis oleh nenek saya sejak SD kelas tiga, yaitu berjualan kedondong. Virus entrepreneur yang disuntikkan nenek saya tersebut merupakan kenangan manis yang tak dapat saya lupakan dan merupakan langkah awal saya mengenal dunia bisnis. Ibarat mobil yang diam tiba-tiba berjalan, dan sesudah berjalan mobil itu tidak pernah berhenti hingga saat ini, sampai mobil tersebut dihentikan oleh Sang Pencipta. Pengalaman mengajarkan bahwa menggerakkan mobil yang pertama kali tersebut yang paling sulit, karena hambatannya paling besar, sehingga banyak orang yang tidak mau menggerakkan mobil tersebut dan membiarkan mobil tersebut tetap diam ditempatnya. Tetapi mobil yang sudah berjalan hambatannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan mobil yang diam. Jika virus untuk menggerakkan mobil ini atau virus entrepreneur ini disuntikkan kepada anak-anak yang saat ini di bangku sekolah atau perguruan tinggi, Insya Allah, Indonesia menjadi Negara yang tidak ada tandingannya dalam dunia bisnis di dunia ini.


ketuaamikom