Strategi promosi Nabi SAW (2)
Nabi Muhammad s.a.w. lebih mengutamakan keberkahan daripada keberhasilan penjualan. Dari Abu Hurarirah r.a., katanya dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sumpah itu melariskan dagangan, tetapi menghapus keberkahan” (Bukhari). Keberkahan juga dapat diperoleh jika menimbang atau menakar dalam jual beli. Dari Miqdam bin Ma’diytakriba r.a. dari Nabi saw, sabdanya : “Gantanglah (timbanglah) makananmu, kamu akan diberi berkah” (Bukhari). Selengkapnya………
Nabi Muhammad s.a.w. sangat memahami pelanggannya. Ketika ratusan utusan datang pada Nabi setelah kemenangan kota Mekah, seorang diantaranya Abdul Qais, datang menemui Nabi. Selanjutnya, meminta agar mereka memanggil dan memberitahukan pemimpin mereka, yaitu Al-Ashajj. Ketika menghadap, Nabi pun mengajukan bermacam-macam pertanyaan, tentang penduduk berbagai kota dan urusan-urusan mereka. Secara khusus Nabi juga menyebutkan nama-nama Sofa, Musyaqqar, Hijar dan beberapa kota lainnya. Pemimpin mereka Al-Ashajj, sangat terkesan dengan pengetahuan luas yang dimiliki Nabi tentang negerinya sehingga ia mengatakan “Ayah dan ibuku akan berkorban demi Anda, karena Anda tahu banyak tentang negeriku dibanding aku sendiri dan mengetahui nama-nama lebih banyak kota di negeri kami daripada yang kami ketahui.” Bahkan Nabi mengetahui kebiasaan orang Bahrain, cara hidup penduduk Bahrain, cara mereka minum dan cara mereka makan.
Nabi Muhammad s.a.w. untuk mendapatkan kepercayaan mengandalkan akhlaknya atau budi pekertinya. Dari ‘Atha’ bin Yasar r.a, katanya dia bertemu dengan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, lalu katanya : “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah saw. Seperti yang tersebut dalam Kitab Taurat”.Jawab Abdullah, “Baiklah ! Demi Allah sesungguhnya Rasulullah saw. Telah disebut di dalam Kitab Taurat dengan sebagian sifat beliau yang tersebut didalam Al Qur’an : “Wahai, Nabi ! Sesungguhnya Aku mengutus engkau untuk menjadi saksi, memberi kabar gembira, memberi peringatan dan memelihara orang ummi. Engkau adalah hamba-Ku dan pesuruh-Ku. Aku namakan engkau orang yang tawakkal (berserah diri), tidak jahat budi, tidak kesat hati, tidak pula orang yang suka berteriak di pasar-pasar, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi pemaaf dan memberi ampun. Dan Allah belum akan mencabut nyawanya sehingga dia menegakkan agama selurus-lurusnya, yaitu supaya mereka mengucapkan : “Laa illaaha illallaah” sehingga dengan ucapan itu Allah membukakan mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang tertutup.” (Bukhari). Kepercayaan juga dibangun dari tidak adanya penipuan. Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya : ”Seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah saw. Bahwa dia ditipu orang dalam hal jual beli. Maka sabda beliau ”Apabila engkau berjual beli, maka katakanlah : Tidak boleh ada tipuan.”(Bukhari).