Strategi Bisnis Pedagang Empek-empek (6)
By M. Suyanto, STMIK AMIKOM Yogyakarta
Senyuman yang manis yang dihiasi lesung pipit pipi anak saya yang menyambut di depan pintu, membuat rasa kelelahan seharian bekerja seakan hilang begitu saja. Kita selalu berusaha berdoa kepada Tuhan untuk menjadikan agar istri dan anak kita sebagai penyejuk hati dan memimpin mereka menjadi orang yang beriman. Setelah saya cium dahinya, kemudian saya berikan tas kresek putih berisi empek-empek tersebut dan dibawa lari ke belakang dengan riangnya, seakan-akan mendapatkan oleh-oleh yang luar biasa mahal harganya. Seampainya di belakang diberikan pembantu saya. Anak kecil saya tersebut meminta untuk digorengkan empek-empek. Sambil menunggu anak saya tersebut mengajak saya bermain badminton di dalam rumah. Saya melayani bermain badminton sambil bersendagurau. Saya berusaha untuk menyenangkan hatinya, sampai akhirnya empek-empek itu selesai digoreng dan anak saya meminta untuk berhenti bermain badminton. Anak saya menuju ke meja makan dan menikmati empek-empek istimewa oleh-oleh dari ayahnya.
Setelah selesai mandi, saya menuju perpustakaan dan duduk di kursi sambil merenungkan kata pedangang empek-empek bahwa bekerja adalah ibadah. Ibadah kepada Allah merupakan buah dari iman kepada-Nya, percaya kepada ketuhanan-Nya, percaya kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Percaya bahwa Dialah satu-satunya yang berhak disembah, karena Dia adalah Raja yang menguasai dan mengatur segalanya. Dialah satu-satunya yang menciptakan dan memberi rizki, tidak ada satupun yang membantu-Nya dalam melakukan semua itu. Dia saja yang berhak untuk disembah dan kita tidak boleh menyembah dengan bentuk sesembahan apapun selain kepada-Nya. Dalam surat Adz Dzaariyaat ayat 56 Allah berfirman : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Allah juga merupakan Sang Pemberi Rezki. Dalam surat Al Ankabuut ayat 17 : Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu, maka mintalah rezki itu dari sisi Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu kembali.
Sebuah kata yang sulit kita raih adalah ikhlas beribadah kepada Allah, baik dalam ibadah yang sedikit maupun yang banyak. Kita ikhlas beribadah kepada Allah adalah beribadah tidak merasakan apapun kecuali keberadaan Allah dihadapan kita, hingga kita mampu memusatkan ibadah kepada-Nya, memurnikan-Nya, membersihkan-Nya dari segala yang mengotori kesucian ibadah kepada-Nya atau mengurangi kesempurnaan ibadah kepada-Nya. Ikhlas membawa kita menuju kerendahan hati dalam perkataan dan perbuatan. Ikhlas membawa ketulusan hati menuju tujuan yang dikehendaki Tuhan, berusaha menyenangkan orang lain dan jauh dari kepentingan dunia dari ibadahnya sebagai modal utama bagi kebaikan dunia dan akhiratnya. Amalan kita akan bernilai jika dilandasi niat yang ikhlas. Dari Umar bin Khaththab r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya amal itu dinilai bila disertai dengan niat. Dan sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan balasan dari perbuatannya sesuai dengan niatnya (Bukhari dan Muslim).
Pada saat sekarang bekerja adalah ibadah merupakan hal yang langka. Seringkali kita bekerja mengejar uang untuk memenuhi kebutuhan kita yang tidak pernah tercukupi. Bahkan kalau perlu mengumpulkan harta untuk tujuh keturunan. Berbagai cara kita lakukan, bahkan kadangkalan cara yang melanggar aturan Tuhan. Apalagi bekerja sebagai ibadah dengan ikhlas merupakan sesuatu yang sangat sulit kita capai. Meskipun demikian kita berusaha untuk dapat bekerja sebagai ibadah dengan ikhlas karena merupakan modal yang luar biasa nilainya.