Jiwa Entrepreneur Kunci
By M Suyanto
Seorang entrepreneur harus memiliki jiwa entrepreneur kunci, yaitu keadilan. Keadilan merupakan kejujuran, kelurusan, keikhlasan yang tidak berat sebelah. Menurut Ibnu Khaldun, pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan keadilan dan keadilan merupakan tolok ukur yang dipakai Allah untuk mengevaluasi manusia.
Abu Yusuf menjelaskan keadilan kepada khalifah Harun Ar-Rasyid seraya mengatakan ”mengantarkan keadilan kepada mereka yang disakiti dan menghapus kezaliman akan meningkatkan penghasilan, mempercepat pembangunan negara, dan membawa keberkahan, disamping mendapatkan pahala di akhirat.”
Para pemimpin yang sukses sangat serius dalam mewujudkan keadilan. Mereka akan mengatakan sesuatu dan berusaha untuk melaksanakannya. Mereka melaksanakan dengan menggunakan prinsip keadilan, tidak pandang bulu.
Sesungguhnya setiap orang ingin diperlakukan secara adil, tetapi banyak diantara kita yang mengabaikan prinsip keadilan ini. Apalagi ketika dalam pengambilan keputusan, kita mendapatkan tekanan yang membuat kita tidak berlaku adil.
Pemimpin yang sukses, mempunyai kemampuan untuk tetap berlaku adil, meskipun mendapat tekanan. Bersikap adil memang sangat sulit, tidak semua di antara kita mampu melaksanakan di perusahaan ataupun organisasi.
Pemimpin-pemimpin yang sukses melihat dunia ini menggunakan prinsip persamaan. Semua orang adalah sama, maka prinsip keadilan dari pemimpin inilah yang didambakan anak buahnya. Ketika pemimpin tidak berbuat adil, maka akan merusak dunia, akan merusak anak buah dan akan menimbulkan ketidak percayaan anak buah kepada pemimpinnya serta akan menurunkan semangat bisnisnya.
Semangat merupakan barang yang langka. Persaingan bisnis yang semakin ketat, tidak menutup kemungkinan karyawan menjadi korban sebagai akibat dari strategi baru untuk memenangkan persaingan. Kalau sudah demikian, semangat bisnis karyawan akan menurun.
Di Amerika, Eropa dan bahkan Indonesia mencoba untuk menemukan semangat bisnis dari karyawan, setelah lama dilupakan. Beragam tekanan datang dari berbagai arah yang mengancam terbunuhnya semangat kerja yang produktif dan kreatif serta menghancurkannya menjadi puing-puing kesaling tidakpercayaan yang sinis, egoisme yang sempit dan merusak yang akan menimbulkan keputusasaan. Dalam bekerja, terlalu banyak orang yang merasa tidak aman, terancam dan tidak dihargai.
Pemimpin perusahaan KLA Instrumen, Ken Levy, menggunakan prinsip keadilan, ketika perusahaan tersebut mengalami kesulitan. Ia mengatakan dalam suatu rapat: ”Pada hari ini saya menghendaki gaji karyawan dipotong 10 persen, tetapi karena saya mendapat gaji yang paling besar, maka saya mohon dipotong 20 persen.”
Diluar dugaan, orang yang menghadiri rapat tersebut bukannya menjadi kesal karena pemotongan itu, tetapi bahkan mereka sepakat dan karyawan tetap bekerja keras. Moral karyawan bukan menurun, tetapi justru meningkat tajam, karena pemimpinnya menggunakan prinsip keadilan.
Pengalaman saya memimpin lebih dari 20 unit usaha juga mengajarkan demikian. Ketika salah satu unit usaha saya dalam kondisi sangat sulit, maka saya meminta gaji saya untuk dipotong 50 persen, sedangkan karyawan saya minta untuk bersabar, jika penerimaan gaji terlambat dan belum ada kenaikan gaji. Karyawan tetap bekerja keras, moral mereka meningkat dan akhirnya menemukan produk-produk baru dan strategi-strategi baru yang menyebabkan mereka tetap bertahan dan keluar dari krisis.